Naber: Part I
Assalamu'alaikum, Hello k4w@n-KaWan.
Ketemu lagi sama gue yang alaynya
melebihi dijahyellow. ENGGAK, ITU HOAX DOANG. Okkay. Maaf banget gue udah hampir
dua bulan gak ngepost. Indahnya menikmati kemalesan, gini nih. Yaudahlah, jeongmal
mianhae, saranghae. Check this out, babe.
Naber. Mungkin
beberapa di antara kalian belum tahu artinya atau bahkan belum pernah denger
kata naber itu sendiri. Kalau di kalangan teman-teman sekolah gue, naber udah
menjadi hal yang paling mainstream. Bahkan kalau naber adalah sebuah tren,
naber udah gak ngetren dari 1000 tahun yang lalu.
What is naber?
Menurut arti kata, naber adalah singkatan dari nahan berak.
Gue sih udah biasa denger dan bahkan mengucapkan kata naber, jadi kuping dan
bibir gue udah familiar banget dengan kata ini. Ibarat pensil yang ketemu
kertas, udah biasa banget. Tapi bukan
berarti setiap hari gue ngomongin naber mulu, ya. Naber biasa dijadikan
ejekan, panggilan, atau kata pengganti (sinonim) kata aslinya yang fullgar
banget. Coba aja ucapkan kata berak,
sama kata naber. Pasti naber terdengar jauh lebih sopan.
Kalau menurut istilah, naber itu kayak di saat lo lagi mules
karena itu tapi lo tahan.
Sebab dan Akibat Naber
Ini dia penyebab datangnya sang penguasa keadaan ini
Biasanya sih, naber berakibat-akibat berakibat fatal kalau
lo lagi di sekolah, atau di tempat umum yang jauh dari kamar mandi. Kalau lo
lagi di sekolah, pasa saat jam pelajaran, semua kemungkinan buruk bisa terjadi
di saat lo lagi naber. Tapi yang paling pasti, gak fokus. Kenapa? Gue gak tau
secara ilmiahnya, tapi secara logika, otak lo akan terfokus oleh rasa mules yang ada di bagian
terdalam perut lo, lo juga pasti udah mikir yang aneh-aneh, jadi gak nyambung
ke pelajaran. Terus pasti lo akan ditanyain kalau kelamaan dari kamar mandi.
Dicurigain. Akhirnya diketawain.
Gue pernah, well sering
sih, mengalami masa-masa itu. Saat-saat di mana gue belum bisa mengatur waktu
yang baik untuk poop dan akhirnya
sering naber bahkan poop di sekolah.
Jujur, ini aib banget. Gue biasanya tiba-tiba diem, gak ngomong apa-apa, dan
pura-pura pusing, kadang pura-pura sakit perut tanpa sebab. Tapi ujung-ujungnya
berakhir di toilet kamar mandi. Ahem.
Tapi sekarang gue udah bisa mengatur jadwal poop
gue, sih. So, jangan souzon ya kalau gue tiba-tiba
diem tanpa sebab.
Kalau di luar rumah, bukan di sekolah, ini lebih mengganggu
lagi. Coba imagine, lo lagi camping di
hutan, jauh dari toilet, malem-malem, gelap, hujan deras, lalu lu naber. Aw, sakitnya tuh di sini (nunjuk jidat).
Risih banget, okay.
Terus, naber bisa juga dikarenakan oleh kegugupan lo. Misal
pas lagi mau lomba atau tampil concert, atau mau ujian praktek. Banyak orang
yang pernah gue temuin, ya termasuk gue juga, mengalami ini. Mungkin ini
sebagai pelampiasan dari tubuh kita biar gak gugup-gugup banget. Tapi nyatanya,
naber saat gugup malah bikin kita makin makin makin gugup dan takut.
Takut? Yalah. Karena di saat naber, mules, dkk, bisa aja
kita membuang angin lewat lobang kecil yang berbau seperti bunga bangkai dan
tak berbentuk. Ya, kita bisa aja kentut. Dan kalo lo kentut karena naber,
biasanya tidak mengeluarkan suara, tapi wangi semerbak. Ini sih udah pasti jadi
Holy f*cking sh*t experience. Lalu semua orang akan nuduh
partnernya masing-masing. Dan lo bakal ikutan nuduh orang, karena kalau gak
ikutan nuduh, pasti lo bakal jadi tersangka. Iya, kan? Terus kalo lo udah
menjadi terdakwah, terpojok, tanpa pengacara handal, pandangan orang tentang lo
bakal menjadi ‘ih, tukang kentut’. Tuhan,
mengapa hidup ini tidak adil?
Lalu? Cara menangani naber? Tunggu post gue selanjutnya, okkay. Soalnya ini udah kepanjangan, cuz gue yakin sih lo bakal males baca kalo panjang-panjang.
DADAH. GOODBYE. SARANGHAE<3
Comments
Post a Comment